Dalam beberapa waktu terakhir, warga di wilayah utara Banyuwangi dan sekitarnya kembali diingatkan akan potensi kebencanaan geologi setelah diguncang serangkaian gempa bumi. Puncaknya adalah gempa signifikan berkekuatan Magnitudo 5,7 (dimutakhirkan BMKG menjadi M 5,3) yang terjadi pada Kamis, 25 September 2025, dan memicu puluhan gempa susulan yang menambah kecemasan warga.
Gempa utama yang berpusat di laut, sekitar 40-46 kilometer timur laut Banyuwangi dengan kedalaman 12 kilometer, terasa kuat di daratan.[2][5][6] Guncangan tidak hanya dirasakan di Banyuwangi, tetapi juga meluas hingga ke Bali, meliputi Kuta, Denpasar, dan Buleleng, serta sejumlah daerah di Jawa Timur seperti Jember, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, bahkan hingga Surabaya dan Pamekasan di Madura.[1][4][7][8]
Penyebab Gempa: Aktivitas Sesar Aktif
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa rentetan gempa ini merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif di dasar laut.[1][8][9][10] Meskipun BMKG belum merilis nama spesifik dari sesar tersebut, keberadaannya menjadi bukti bahwa wilayah ini memiliki sumber-sumber gempa lokal yang patut diwaspadai.[9]
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengonfirmasi bahwa setelah guncangan utama, terjadi serangkaian gempa susulan (aftershocks) yang intensif. Hingga Jumat, 26 September 2025, tercatat ada 24 kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi, di mana yang terbesar mencapai M 3,6.[4][11][12] Fenomena ini merupakan hal yang lazim terjadi setelah gempa kuat, di mana lempeng bumi mencari keseimbangan baru.
Dampak dan Respon Cepat di Lapangan
Meskipun tidak berpotensi tsunami, guncangan gempa menyebabkan kepanikan warga dan sejumlah kerusakan bangunan, terutama di wilayah pesisir utara Banyuwangi yang paling dekat dengan pusat gempa.[6][13] Kecamatan Wongsorejo dilaporkan sebagai area yang paling terdampak.[14]
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi mencatat setidaknya tujuh bangunan mengalami kerusakan ringan hingga sedang, termasuk beberapa rumah warga dan satu masjid di Desa Bimorejo, Sidodadi, dan Bajulmati.[14] Atap dan dinding sejumlah bangunan dilaporkan retak dan ambrol. Beruntung, tidak ada laporan korban jiwa dalam peristiwa ini, hanya kerugian materiil.[14]
Menyikapi kejadian ini, BPBD Banyuwangi segera melakukan asesmen dan berkoordinasi dengan aparat desa serta relawan untuk mendata kerusakan lebih lanjut.[14] BMKG secara konsisten mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bertanggung jawab, dan selalu merujuk pada informasi resmi.[10] Warga juga diminta untuk memeriksa kondisi bangunan mereka dan menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.[2]
Kejadian gempa beruntun ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa untuk selalu siaga. Peningkatan pemahaman tentang mitigasi bencana dan kesiapan dalam menghadapi gempa bumi adalah kunci untuk mengurangi risiko di masa depan.